Pada
malam itu aku menatap bulan melalui bingkai jendela rumah, bulan itu tampak
terang berderang berbeda dari malam-malam sebelumnya. Semakin ku lihat cahaya
bulan itu, semakin ku teringat akan dirinya. “Apa kau saat ini sedang menatap
bulan itu?” atau bahkan mungkin kau tidak memperdulikan bulan itu?, ya, aku
berharap kau memperdulikan bulan itu. Malam ini aku mensyukuri banyak hal,
selain masih diberi kesempatan menatap bulan yang indah ini, terutama saat ini
aku bersyukur atas kesempatan untuk mengenal dirinya walaupun belum sempat
berkenalan langsung karena aku hanya berpapasan dengannya. Sama sekali tidak
ada prasangka apapun ketika aku berjalan di taman kota sore itu, karena setiap
kali berjalan ke taman itu tidak ada sesuatu hal yang spesial. Hanya berjalan
melihat pemandangan, anak-anak yang sedang bermain, dan para pasangan yang
sedang menghabiskan waktu senja mereka. Dan seperti biasanya aku berjalan
sendiri ditemani makanan yang aku beli di tempat jajanan sekitar taman dan juga
air mineral yang aku bawa dari rumah. Sesuatu yang menyenangkan bagiku
berkunjung ke taman kota dan aku melakukan aktivitas ini setidaknya tiga kali
seminggu karena saat ini aku sudah di bangku kuliah dan memiliki waktu lebih,
tidak seperti waktu sekolah yang hanya libur dua hari. Pada akhirnya aku
menutup malam ini dengan berdoa agar suatu saat aku akan bertemu dengannya
lagi. Karena semakin ku ingat semakin aku penasaran dengan dia.
***
Kring…
kring… kring…. Alarm berbunyi.
Aku pergi ke kampus, seperti biasa aku menjadi salah satu orang
yang terlalu awal datang ke kelas. Dikelas sudah ada 2 orang temanku yang
memang sudah menjadi langganan datang awal. Biasanya aku menghabiskan waktu di
kampus hanya setengah hari dan selebihnya kadang aku berkumpul dengan
teman-teman atau langsung pulang ke rumah bila tidak ada tugas tambahan. Dalam
hal bergaul aku bisa dibilang sebagai orang yang easy going karena aku
biasanya bisa berbaur dengan siapa saja jadi aku tidak terlalu merasa kesepian,
namun aku juga membatasi waktu untuk orang lain dan waktu untukku sendiri atau me-time.
Karena aku tidak ingin saat aku ingin merileksasikan pikiran ada yang
menganggunya. Oleh karena itu kalau aku pergi jalan-jalan ke taman kota aku hanya
sendiri dan jarang sekali mengajak teman kalau memang tidak ada event di taman
kota yang seru untuk dinikmati bersama teman-teman.
***
Hari libur pun datang, aku sangat bersemangat sekali memulai hari
ini karena hari ini jadwalku adalah pergi ke taman kota. Ku siapkan botol air
minum, handuk wajah, dan siap untuk berangkat. Ku kayuh pedal sepedaku sambil
mendengarkan lagu dari telepon genggamku dan melihat-lihat jalanan yang ramai
oleh kendaraan. Setelah sampai, ku taruh sepeda dan mulai berlari kecil
memutari taman kota. Namanya juga hari libur, pasti lebih ramai dari hari biasa
karena orang-orang yang sudah bekerja pasti hanya punya waktu senggang saat
hari libur jadi di manfaatkan untuk berolahraga. Setelah satu jam beraktivitas,
aku memutuskan untuk duduk di bangku taman dan menikmati bekal yang ibuku telah
siapkan. Menggunakan fasilitas yang ada di tempat tinggal kita seperti taman
kota memang begitu menyenangkan karena kita dapat menikmati indahnya alam dan
bersosialisasi dengan sesama penduduk disini. Saat suapan roti terakhirku
datanglah seseorang dan langsung menempati bangku yang sedang aku duduki.
Dia memberi salam tanda meminta ijin untuk duduk disampingku, aku
menoleh untuk memberi salam. Namun.. bukannya langsung menjawab salamnya aku hanya
bisa terdiam dan tidak berkutik sedikitpun. Itu karena orang yang memberiku
salam tadi adalah orang yang beberapa waktu lalu sempat membuat pikiranku tidak
karuan. Dengan menjawab salam terbata-bata aku langsung mengembalikan posisi
duduk ku seperti semula namun aku merasa bangku yang aku duduki ini lebih kaku
dari sebelumnya atau mungkin ini efek dari orang tersebut??
Ku lihat jam tangan, waktu menunjukkan pukul 08.50 pagi, aku
biasanya sudah menuju tempat parkir sepeda dan bergegas pulang kerumah. Tapi
ini?? Semakin aku melihat jam semakin aku merasa waktu berjalan sangat lama,
dan aku merasa tidak bisa berkutik dan seperti orang yang salah tingkah dan
tidak jelas. Orang itu masih sibuk dengan gadgetnya dan headset di telinganya.
Jantung ku terasa berdebar-debar melebihi waktu pertama kali aku melihatnya di
taman itu mungkin karena aku melihatnya dari kejauhan dan tidak sedekat ini.
Sudah tak terhitung banyaknya keringat yang keluar, mungkin melebihi keringat
atlit lari. Aku semakin bingung dalam bersikap, padahal di lain sisi dia tenang
sekali. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi dengan langkah yang ku coba
perbesar dan berusaha tidak melihat ke belakang untuk apapun yang terjadi.
Sampai lah aku di tempat parkir sepeda, lega rasanya lepas dari kejadian
tadi. Aku menenangkan diri sejenak dengan menarik nafas dalam-dalam. Lalu ku
buka gembok sepeda dan mengeluarkannya. Bugh! Aku terjatuh dan saat aku
melihat ke atas ada seseorang yang sedang menopangku, aku langsung tersentak
dan berdiri.
“Kamu baik-baik saja?”
“Oh, ya, semuanya baik-baik saja.”
Dia pun membantuku untuk mengangkat sepeda, dan dia berkata kalau
dia hanya ingin mengembalikan botol minum yang tertinggal di bangku taman. Aku
pun mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Berkat insiden tadi, dia
memutuskan untuk mengantarkan aku kerumah sambil membawa sepedaku karena
katanya tidak enak karena telah membuat aku kaget dan terjatuh. Aku
menyetujuinya. Kami berjalan menyusuri jalan kompleks perumahan, dan seketika
itu kami mengobrol. Dan aku baru tahu dia juga seumuran denganku, dan sekarang
dia sedang kuliah di luar kota namun saat ini sedang ada libur. Dia juga
ternyata tinggal di blok sebelah. Kami asyik mengobrol sampai-sampai tidak
sadar kalau sudah sampai depan rumahku, akhirnya pertemuan itu berakhir namun
tidak sepenuhnya berakhir karena kami merencanakan untuk berolahraga bersama
pekan depan dan kami pun sudah bertukar nomor handphone dan juga akun sosial
media. Betapa senangnya hatiku, benar-benar dibuat melayang.
***
Setelah bersih-bersih aku langsung membuka handphone dan ku cari
akun dia. KETEMU! Aku mencari akun path dan instagramnya, visit profilnya dan
aku cari tahu apa saja aktivitasnya. Dan ternyata dia mengikuti berbagai
kegiatan di kampusnya, keren! Pikirku. Setelah beberapa saat stalking akunnya
aku pun menaruh handphone dan lanjut menonton serial kartun favorit di TV yang
tidak boleh terlewat. Saat menonton TV, tiba-tiba aku teringat akan kejadian di
taman. Menjadikan aku senyum sendiri dan aku seperti dibuat mabuk kepayang
olehnya.
***
Setiap malam aku terus
memikirkannya, padahal belum tentu dia juga sedang memikirkanku. Semakin
memikirkannya semakin aku merasa bahagia dan senang. Berulang kali wajahnya
terbayang di pikiranku, matanya..hidungnya..rambutnya.. semua itu tampak jelas
di pikiranku. Apa ini cinta?? Aku tidak tahu pasti, tapi yang aku rasakan saat
ini hanya sebuah kebahagiaan dan rasa berdebar setiap mengingat dirinya. Aku
penasaran apa dia juga merasakan apa yang aku rasakan sekarang? Karena setelah
pertemuan itu dia sama sekali tidak ‘mencoba’ menghubungiku walau itu hanya
sekedar menanyakan tentang rencana kami untuk berolahraga bersama. Ya, aku
hanya bisa berharap bahwa dia setidaknya memikirkan ku walau sedikit.
***
I’ll be your sun and moon tonight.. I can be what ever you like..
Dering lagu Maroon 5 itu menandakan ada telepon masuk ke handphone
ku, ku lihat ternyata nomor dia. Aku lupa memberi tahu namanya, namanya Ricky.
Aku sempat bingung untuk mengangkat teleponnya. Sampai akhirnya aku berani
untuk mengangkat namun saying dering teleponnya mati, ada rasa kecewa karena
terlambat untuk mengangkat teleponnya. Aku menunggu dia menelpon lagi, namun
ternyata itu tidak terjadi. Bodoh sekali aku sampai melewatkan moment yang
langka tersebut tapi sayang semua sudah terjadi dan dia tidak menelpon lagi.
Ini membuat aku menjadi kepikiran dia lagi, bagaimana tidak, aku yang sedang
memikirkannya tiba-tiba mendapat telepon dari Ricky tapi aku tidak
mengangkatnya. Mungkin sekarang dia berpikir kalau aku ini orang yang sombong
atau apapun yang membuat pamorku menjadi jelek dimatanya. Sepertinya aku sudah
menyerah untuk memikirkan dia lagi, memang terlalu cepat untuk menyerah namun
ini memang jalan yang terbaik karena sosok dirinya itu bagaikan sosok yang
hanya bayangan.
***
Datanglah hari dimana hari ini adalah rencana kami untuk
berolahraga bersama. Seperti biasa aku pergi ke taman sendiri tanpa memikirkan
dia datang atau tidak. Aku memutari jalur taman kota dengan berlari kecil.
Dalam perjalanan, tidak sengaja aku tersandung batu kerikil kecil dan brukk!
Ku pergi ke bangku taman karena aku merasa lututku terasa luka. Namun luka ini
mungkin terasa tidak terlalu sakit saat aku melihat Ricky sedang berlari kecil
dan dia tidak menyadari keberadaanku. Tanpa pikir panjang aku pergi dari taman
kota dan pulang kerumah. Sampai dirumah aku mengecheck handphone dan ternyata
ada pesan dari Ricky menanyakan tentang rencana olahraga bersama dan itu
ternyata dia mengirim pesan setelah aku berangkat ke taman kota. Aku
membiarkannya dan ku rawat luka di lututku dengan perban. Pada siang harinya
handphone ku berbunyi dan yang menelpon adalah Ricky. Aku mengangkatnya. Dan
dia mengatakan bahwa dia menunggu ku di taman namun dia tidak melihatku
dimana-mana. Aku menjawab aku baru melihat pesannya ketika aku sudah selesai
jogging ditaman. Akhirnya dia memutuskan untuk berkunjung kerumahku setelah dia
jogging nanti.
Saat dirumah, aku menghampirinya dan kami mengobrol ringan ditemani
makanan dan minuman kecil yang aku hidangkan untuknya. Dia mengatakan kalau
waktu itu dia menelpon dan aku tidak mengangkatnya, dia menganggap kalau aku
sedang sibuk jadi dia tidak menghubungiku lagi dan pada hari ini ketika kami
berencana janjian untuk berolahraga bersama, dia bingung karena aku tidak
merespon pesannya sama sekali. Disitu aku merasa bersalah, dan mengklarifikasi
tentang apa yang terjadi sebenarnya ketika aku tidak merespon pesannya. Setelah
itu kami mengobrol sampai bertukar cerita satu sama lain. Semakin lama waktu
berjalan, kami semakin asyik mengobrol sampai tidak sadar kalau jam sudah
menunjukkan pukul 12.00 siang dan dia pun pamit untuk pulang.
***
Dari hari itu, kami semakin akrab, saling berhubungan lewat akun
media sosial dan pada akhir pekan kami selalu berolahraga bersama. Semua hal
tentang dirinya begitu terasa sama denganku. Kami berbagi kegiatan maupun hobi
kami. Semua ini seperti mimpi, dari yang hanya sekedar mengagumi dari belakang,
berkenalan, dan sekarang menjalin suatu hubungan yang lebih spesial. Aku tidak tahu
apa yang akan terjadi di masa depan, namun aku tahu sesuatu bahwa aku beruntung
memilikinya saat ini. Berbagi waktu bersama baik senang maupun dalam duka. Dan
aku berharap dapat berbagi hidup dengannya sampai aku mati bersamanya.